Ajaran Yesus tentang Mengasihi Sesama Kita

Ajaran Yesus tentang Mengasihi Sesama Kita Religious Tommy Helvin Aldrick Kedatangan Yesus,Yesus,Kasih,kehendak Allah,Mengasihi sesama,Cari,Mendapat,Doa,Bapa Kami,Kerajaan Allah
Salah satu tujuan kedatangan Yesus adalah untuk mengenalkan kita akan kasih-Nya yang tanpa batas untuk kita. Ia ingin mengenalkan kasih-Nya yang nyata dan abadi untuk kita, dan bahkan mengajarkannya pada kita. Perintah-Nya yang paling utama (seperti yang Ia sendiri ajarkan) adalah untuk mengasihi Tuhan Allah kita dengan seluruh diri dan kemampuan kita, dan mengasihi sesama kita seperti mengasihi diri kita sendiri (atau dalam kata lain: mengasihi mereka bagaikan mereka semua adalah diri kita sendiri).

Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:28-30)

Yesus mengatakan bahwa ini adalah perintah yang paling utama, dan tiada yang lebih utama dari kedua hukum ini. Maka kita sebagai orang yang percaya wajib menjalankan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Namun, dengan mendengarkan perintah itu saja tanpa menelusuri makna yang terkandung dalamnya (apa itu kasih, bagaimana cara mengasihi Allah dan sesama kita, dsb), kita tidak akan mengerti. Yesus mengajarkan kepada kita untuk meminta, mencari, dan mengetuk kepada-Nya, dan Ia akan memberikan, kita akan mendapatkannya, dan pintu akan dibukakan untuk kita, jika kita mengikuti kehendak-Nya.

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kau akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." (Matius 7:7)

Maka dengan ini, Yesus ingin kita untuk mencari-Nya, mencari kebenaran akan Kerajaan-Nya (buka Matius 6:25-33), dan Yesus akan membukakan pintu untuk kita. Dan dalam artikel ini, saya akan memberikan beberapa ajaran Yesus yang penting mengenai kasih kepada sesama kita, serta berbagai sikap dan perilaku terhadap mereka, yang Yesus anjurkan untuk kita lakukan, seperti yang tertera dalam Kitab Suci.

"Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan yang tidak benar." (Matius 5:43-45)

Seringkali dalam keseharian kita sulit untuk mengasihi sesama kita, bahkan orang-orang yang bukan musuh kita sekalipun. Namun Yesus mengajarkan untuk mengasihi semuanya, bahkan musuh-musuh kita, orang-orang yang menyakiti kita, mereka yang menghina kita, mengutuk kita, tanpa terkecuali. Dengan mengasihi semua orang dan tidak menghakimi siapapun (karena hanya Bapa di sorga yang berkuasa menghakimi), kita menjadi anak-anak Allah.

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu." (Lukas 6:27-28)

Kalimat-kalimat Yesus yang satu ini sangat jelas dan sangat bisa diterapkan bagi kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Saya yakin semua orang pernah mengalami situasi ketika dihina, direndahkan, diolok, diteriakkan, dan hal-hal lain yang bersifat menyakitkan hati kita. Kecenderungan kita sebagai manusia (dalam bahasa sebenarnya: kecenderungan tubuh kita, keinginan daging kita) adalah untuk membalas mereka, menghina mereka kembali, meneriakkan mereka, membela diri kita bahwa kita tidak bersalah, tanpa memperdulikan apakah kita bersalah atau tidak. Atau kecenderungan lainnya, yang juga berasal dari iblis, adalah merasa bersalah dan berdosa hingga berlarut, dan tidak percaya bahwa Yesus telah mengampuni kita dari segala dosa dan bersedia mengampuni kita jika kita mau mengakui dosa kita dan mengampuni mereka yang berdosa terhadap kita (buka Matius 6:14-15). Begini kata Yohanes (salah satu dari murid terdekat Yesus selain Petrus dalam pelayanan-Nya sebagai manusia) dalam suratnya yang pertama dalam Kitab Suci:

barang siapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah (Yesus) menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. (1 Yohanes 3:8)

Iblis senang jika kita berbuat dosa. Mereka berbuat dosa dari mulanya. Dosa memisahkan kita dari kasih Allah (buka Yesaya 59:2), dalam arti, jika kita berbuat dosa, kita tidak bisa merasakan kasih Allah yang sebenarnya selalu mengalir untuk kita. Dosa yang kita lakukan menghambat kita untuk menerimanya, memberi pembatas antara kita dengan kasih Allah, antara kita dan suara Allah, antara kita dan kehadiran dan perlindungan Allah yang selalu tersedia untuk kita. Dan iblis, suka mengingatkan kita akan dosa-dosa kita yang kita lakukan di masa lalu dan membuat kita merasa bersalah. Rasa bersalah inilah yang memisahkan kita dari pengampunan Allah, yang selalu bersedia mengampuni kita jika kita bertobat dengan sungguh hati.

Sebaliknya, Yesus ingin kita keluar dari rasa bersalah kita, keluar dari kecendurungan daging kita yang ingin membalas kejahatan dengan kejahatan, dan memilih untuk mengampuni dan memaafkan mereka yang bersalah pada kita. Yesus meminta kita untuk: berbuat baik, memberkati, dan mendoakan mereka yang melukai kita, membenci kita, mengutuk, menghina, dan memperlakukan kita secara tidak benar dan tidak adil.

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."

Ini adalah ajaran yang Yesus ajarkan kepada rasul Petrus sendiri. Perlu diketahui, Yesus sering mengajarkan kita dengan perumpamaan, dan dalam perumpamaan tersebut seringkali kita perlu memaknai arti yang sebenarnya. Seperti dalam perkataan Yesus yang satu ini, makna yang sebenarnya bukanlah dari makna harafiah dari kalimat tersebut, melainkan dengan mengalikan jumlah yang diberikan petrus (tujuh) dengan 70, Yesus ingin memberitahu bahwa kita harus bersedia mengampuni sesama kita berapakalipun mereka bersalah terhadap kita. Dan seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 5:45, Bapa pun akan mengampuni kesalahan kita jika kita mengampuni mereka.

Masih banyak ajaran Yesus mengenai kasih, terutama kasih terhadap orang-orang disekitar kita, siapapun mereka, terlepas dari latar belakang mereka masing-masing. Ini hanyalah sedikit bagian dari ajaran-Nya tentang kasih, karena kasih-Nya sungguh tidak terbatas. Namun yang paling penting adalah untuk menjalankan apa yang telah kita dengar dan ketahui dari Yesus mengenai kebenaran dan ajaran-Nya, terutama yang diajarkan-Nya melalui Kitab Suci. Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia (buka Yakobus 2:26). Ampunilah mereka yang bersalah padamu berapa kalipun mereka kembali berbuat tidak benar padamu, berdoalah bagi mereka, berkatilah mereka, dan berbuatlah baik terhadap mereka.

Selamat melayani dan Tuhan memberkati.

1 comment: