"Benar, Tuhan. Aku Ini Orang Berdosa, Kasihanilah Aku": Iman Sanggup Menyembuhkan (Markus 7:24-30)

Pagi ini aku membaca sebuah Injil dan Injil tersebut sangat menggerakkan hatiku untuk menuliskan ini. Seorang wanita yang anaknya kerasukan setan, merendahkan dirinya dihadapan Yesus dan memohon agar Ia menyembuhkan anaknya. Dan selalu, dan selama-lamanya, belas kasih Yesus berhasil menyembuhkan anak tersebut karena iman perempuan itu yang sungguh percaya. Banyak hal-hal yang dapat dipelajari yang akan kubagikan untukmu disini, dan mari kita mulai. Injilnya bercerita begini:

Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahui, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. (Markus 7:24-26)

Seperti kita sendiri, jika kita berada dalam posisi wanita tersebut, kita akan melakukan segala hal untuk dapat menyembuhkan anak kita yang sangat kita kasihi, mengetahui betapa tersiksanya anak kita oleh perbuatan setan itu yang merusak dirinya. 

Bayangkan, andai kata kamu dalam posisi tersebut, dan kamu adalah orang yang tidak percaya pada Allah. Kemudian datang seseorang, entah dari mana asalnya, melakukan banyak sekali mukjizat (menyembukan orang cacat dan sakit, mengusir roh-roh jahat), dan berita tersebut banyak diperbincangkan orang-orang sehingga akhirnya berita itu sampai pada dirimu. Dan ketika kamu mendengarnya dan mengetahui bahwa ada kemungkinan anakmu bisa disembuhkan, kamu langsung melakukan segala yang memungkinkan untuk mencari orang itu dan memohonkan pertolongannya. Itulah yang mungkin dirasakan oleh ibu tersebut. Ketika ia bertemu Yesus, ia langsung tersungkur dihadapan-Nya.

Kejadian ini juga dituliskan oleh Penginjil Matius, pada bab 15, ayat 21 hingga 28. Namun pada tulisan Matius, ada beberapa bagian penting yang dapat kita pelajari, yang tidak tertulis dalam Injil Markus:

Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Matius 15:22-24)

Perempuan itu memohon kepada Yesus dengan mendesak-desak karena ia sangat mengharapkan penyembuhan Yesus (bisa dibayangkan jika kita memohon kepada seseorang untuk menyembuhkan orang yang kita kasihi yang kerasukan setan), dan karena itu murid-murid Yesus mengusulkan untuk mengusir dia. Sebelum itu, Yesus hanya hening saja. Namun, Yesus tetap menjawab bahwa Ia datang untuk menyelamatkan domba-domba yang hilang dari umat Israel. Yang dimaksud Yesus dengan umat-umat Israel adalah anak-anak keturunan Abraham, atau orang-orang Yahudi yang percaya pada Allah pada zaman itu.

Hal ini bukan berarti Yesus hanya ingin menyelamatkan umat Israel saja, namun mungkin Yesus ingin mengatakan bahwa Ia harus mengutamakan orang-orang yang percaya terlebih dahulu, seperti firman-Nya kepada murid-murid-Nya ketika ia mengutus kedua belas murid-Nya itu:

Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat." (Matius 10:5-7)

Dahulu, kebanyakan orang Samaria termasuk orang-orang penyembah berhala dan tidak percaya pada Allah. Sebagian dari mereka percaya pada Allah karena menikahi keturunan-keturunan Yahudi, namun mereka tetap menyembah allah mereka sendiri.

Maka, setelah Yesus memberitakan injil pada orang-orang percaya dan mengadakan mukjizat-Nya dihadapan mereka (hingga mereka membenci injil-Nya, berbalik dari-Nya atau merasa bahwa mereka tidak layak yang menjadi alasan-alasan bagi mereka untuk menyalibkan Yesus, seperti yang telah terjadi), barulah Yesus memberitakan injil dan mengadakan mukjizat bagi orang-orang yang tidak percaya.

Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan tolonglah aku." (Matius 15:25)

Melihat keheningan dan penolakan Yesus yang pertama, perempuan itu tidak diam saja. Ia tetap percaya bahwa Yesus akan menyembuhkan anaknya dan Ia sanggup melakukannya.

Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenesia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Markus 7:26-27)

Disinilah kuasa kasih Allah bekerja kepada siapapun yang percaya dan dengan penuh iman meminta kepada-Nya. Setelah Yesus mendengarkan permohonan perempuan itu kedua kalinya setelah Ia menolaknya, Yesus menjawab seperti yang tertulis dalam Injil Markus diatas. Seperti yang sering Yesus lakukan, Ia berbicara dalam perumpamaan. Dalam hal ini, anak-anak yang Ia maksudkan adalah anak-anak Abraham atau orang Israel yang percaya pada-Nya, atau anak-anak Kerajaan [yang adalah orang-orang Yahudi yang tidak percaya pada Yesus, dan akhirnya menyalibkan-Nya] (buka Matius 8:12), seperti yang Ia maksudkan dengan domba-domba yang hilang sebelumnya. Dan kata 'anjing' dalam konteks ini berbicara tentang orang-orang yang tidak percaya pada Allah. Memang dahulu makna harafiah julukan 'anjing' yang digunakan orang Yahudi untuk para penyembah berhala adalah anjing-anjing liar yang najis. Namun, Yesus menghaluskan makna julukan tersebut. Jika diterjemahkan langsung dari Injil aslinya, arti dari kata anjing yang Yesus maksudkan adalah 'anjing rumahan (anjing rumah tangga) yang kecil' (little dogs; little whelps). Julukan ini dahulu digunakan oleh orang Yahudi untuk berbicara tentang orang-orang yang menyembah berhala dan tidak percaya pada Allah, yang sering dituliskan dalam Alkitab sebagai 'orang kafir'. Sedangkan roti, dimaksudkan sebagai mukjizat-mukjizat penyembuhan yang membawa kekenyangan jiwa dan raga (seperti sebuah roti pada dasarnya). 

Maka makna seluruhnya dari kalimat Yesus adalah (seperti yang Ia telah katakan sebelumnya) bahwa Ia harus mendahulukan anak-anak domba-Nya yang hilang terlebih dahulu, sebab tidak patut membagikan dahulu apa yang seharusnya diberikan untuk anak-anak (sehingga mereka kenyang dulu), kepada orang-orang yang tidak percaya.

Jika kita perhatikan dengan seksama sampai tahap ini, terdapat tiga tahap yang telah dialami perempuan ini dalam usahanya memohonkan penyembuhan dari Yesus untuk anaknya. Yang pertama adalah keheningan; "Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya." Yang kedua, penolakan; "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Dan yang ketiga, kritikan; "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing" (buka Matius 15:23-24,26). Berbagai alasan yang mungkin menjadi penyebab Yesus melakukan segalanya itu pada perempuan tersebut, namun salah satu alasan yang baik dan masuk akal adalah bahwa Yesus ingin menguji iman wanita itu. Dan apa yang dilakukan wanita itu melihat apa yang telah terjadi? Wanita itu tetap bersikeras untuk percaya, dan mukjizat Yesus pun dapat dinyatakan karena imannya.

Maka setelah itu juga, Yesus membuktikan kebenaran firman-Nya, bahwa siapa yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Siapa yang miskin dihadapan Allah, ialah empu (tuan) dalam Kerajaan Sorga. Perempuan itu berkata:

Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang dibawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Markus 7:28)

Perempuan itu membenarkan apa yang Yesus katakan, tanpa memberi komentar negatif ataupun merasa direndahkan. Dan yang menakjubkan adalah ia bahkan merendahkan dirinya lebih lagi dengan mengatakan bahwa anjing dibawah meja juga memakan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. Untuk mengerti makna dari kalimat ini, kita perlu membawa perspektif kita pada makna kiasan dari perumpamaan-perumpamaan dalam percakapan Yesus dengan perempuan ini, membandingkan makna sebenarnya dengan makna harafiahnya. Kita pasti memberikan kepada anak kita makanan terlebih dahulu ketika mereka lapar, dan tidak mungkin kita mengambil jatah makanan anak kita dan memberikannya kepada anjing peliharaan kita, membiarkan anak kita kelaparan. Dan yang perempuan itu inginkan hanyalah merendahkan dirinya, dengan menyampaikan bahwa anjing yang dibawah meja juga memakan makanan-makanan yang dijatuhkan oleh anak kita itu. Bahwa ia juga ingin menerima sedikit makanan (mukjizat penyembuhan Yesus, kasih Yesus) yang disisihkan oleh anak-anak itu untuknya, walaupun ia merasa hina dan tidak pantas.

Maka Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar." (Markus 7:29-30)

Maka ketika kita meminta apa yang baik pada Allah, merendahkan diri, dan percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah sanggup dan ingin melakukannya untuk kita, tiada yang mustahil bagi-Nya. 

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari wanita ini, terutama imannya. Mungkin dalam hidup kita, kita sering merasa bahwa Allah tidak mendengarkan. Atau mungkin, kita merasa Allah sama sekali tidak hadir dalam hidup kita. Namun ketahuilah, bahwa Ia sebenarnya mendengarkan. Dan terkadang Ia memiliki alasan yang baik untuk tetap diam saja, seperti yang Yesus lakukan pada perempuan itu. Semua yang Ia lakukan baik untuk kita sebab jalan-Nya sempurna (buka Mazmur 18:31), dan Ia tahu apa yang kita perlukan (buka Matius 6:8). Mungkin dosa kita yang memanipulasi keberadaan Allah dalam hidup kita, sehingga kita tidak bisa melihat dan merasakan karya kasih Allah dalam hidup kita. Atau mungkin ada alasan-alasan lain, yang kita sadari maupun yang tidak.

Namun kenyataannya, Allah sungguh mengasihi kita, dan Ia ingin kita semua percaya dan kembali pada dekapan kasih-Nya, serta menikmati kebenaran-Nya (buka 1 Timotius 2:4). Maka mulai dari sekarang ini juga, belajarlah dari iman perempuan ini. Mintalah pada Allah, rendahkanlah dirimu dihadapan-Nya [menyadari bahwa kita orang berdosa], dan percayalah bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Dan jika itu baik dimata-Nya, maka Ia pun tidak akan sungkan untuk mengabulkan permohonanmu demi kemuliaan-Nya, karena Ia sungguh mengasihi kita.

Tuhan Yesus mengasihimu, selamanya.

No comments:

Post a Comment