Mengasihi Allah: Melaksanakan Kehendak-Nya

Mengasihi Allah: Melaksanakan Kehendak-Nya Religious Tommy Helvin Aldrick Kedatangan Yesus,Yesus,Kasih,kehendak Allah,Mengasihi sesama,Kerajaan Allah,Ajaran Yesus,Mengampuni,Mengasihi,Mengasihi Allah
Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, - karena barang siapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa -, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah. (1 Petrus 4:1-2) 

Perkataan di atas dituliskan oleh Simon Petrus, salah seorang dari murid Yesus yang paling dekat dalam pelayanan-Nya di dunia sebagai manusia (Tuhan yang turun ke dunia sebagai manusia untuk menebus dosa kita).

Dunia ini bersifat sementara, dan waktu kita sangat singkat. Petrus mengingatkan kita untuk berhenti berbuat dosa dan mulai (bagi yang belum memulai) melaksanakan kehendak Tuhan untuk hidup kita, dan juga perintah-perintah-Nya. Dan bagi yang telah memulai, tetaplah melakukan kehendak-Nya hingga Yesus datang kembali (buka Yohanes 14:1-4).

Di dalam dunia ini, kita sadar bahwa kita hidup dalam wujud manusia. Kita juga tahu bahwa kita memiliki jiwa, yang membuat kita merasakan emosi (senang, cinta, marah, benci, takut), memiliki gairah dan nafsu, dan juga membuat kita dapat berfikir, membuat keputusan, dan hal-hal kognitif (berhubungan dengan pikiran) lainnya. Namun, walaupun wujud kita yang terlihat adalah manusia (daging; tubuh), dan perasaan kita berasal dari jiwa kita, mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa kita juga memiliki roh. Roh menerima kesan dari hal-hal duniawi melalui jiwa (dapat dikatakan sebagai perantara segala hal yang dari dunia material kepada roh).

Dan tubuh itu sementara. Namun roh, kekal. Tubuh (daging) dapat binasa, namun roh tidak dapat binasa. Paulus mengilustrasikannya sebagai berikut dalam surat keduanya kepada umat di Korintus:

Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. (2 Korintus 4:18)

Sangat jelas bahwa tubuh dapat binasa, karena kita dapat menyaksikannya dengan penglihatan kita sendiri, bahwa tubuh manusia yang telah meninggal, yang terbuat dari debu dan tanah (buka Kejadian 2:7), kembali bersatu dengan tanah setelah dikubur (buka Pengkhotbah 12:7) ataupun dibakar saat mengkremasi atau pengabuan. Namun roh, yang tidak dapat kita lihat, akan tetap ada. Roh akan kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.

Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh (Roh Allah), maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh (Roh Allah), maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (Galatia 5:16-18)

Keinginan roh bertentangan dengan keinginan tubuh kita. Saya yakin kita sering mengalaminya, walaupun kita seringkali tidak menyadarinya. Ketika ada orang yang memaki kita, keinginan daging kita adalah untuk memaki kembali. Ketika kita melihat orang lain lebih kaya dari kita, keinginan tubuh kita adalah iri terhadap orang tersebut dan kemudian berusaha mencari uang atau kekayaan duniawi lainnya, sebanyak-banyaknya, sehingga menyamai orang itu, atau bahkan yang lebih buruk lagi adalah mencari kekayaan tersebut dengan cara-cara yang tidak dikehendaki Tuhan seperti mencuri, membunuh, dan perbuatan dosa lainnya (buka Keluaran 20:1-17). Sama juga ketika kita melihat orang yang lebih mahir dari kita dalam melakukan sesuatu, dan situasi-situasi lain ketika kita merasa diri kita selalu kekurangan.

Kehendak Roh jelas bertentangan dengan kehendak tubuh kita. Jika orang memaki kita, Roh ingin kita memaafkan. Jika kita melihat orang yang sakit, Roh ingin kita menjenguk dan mendoakan mereka. Jika kita melihat orang yang miskin, Roh ingin kita membantu mereka, memberi mereka makanan atau pakaian, atau hal lain yang tidak mereka miliki. Jika kita bertemu dengan orang yang membutuhkan tumpangan, Roh ingin kita memberikannya kepadanya dengan hati yang tulus.

Dengan ini kita tahu bahwa jelas tubuh kita (daging kita) akan menderita jika kita menuruti kehendak Roh. Tidak harus penderitaan fisik seperti luka, memar dan semacamnya, namun juga penderitaan karena menentang apa yang diingini oleh tubuh (hawa nafsu, pembalasan dendam, melakukan hal-hal yang memberi kenikmatan sementara, dsb). Namun hal-hal yang menentang keinginan duniawi itulah yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Semua hal-hal yang berdasarkan pada kasih, yang berasal dari Allah, itulah yang Roh Allah ingin kita lakukan. Yesus sendiri berkata kepada Petrus dan dua anak Zebedeus saat Ia berdoa di taman Getsemani malam sebelum Ia ditangkap, bahwa roh memang penurut, tetapi daging lemah (buka Matius 26:41). Maksud Yesus ialah roh kita berpihak pada kebenaran dan hal-hal yang bersifat kekal, namun daging kita mengelak dari kebenaran dan mengingini hal-hal duniawi dan didasari dengan kebohongan, kejahatan, hawa nafsu, dan lain sebagainya yang bersifat sementara. Daging lebih senang pada hal-hal seperti itu (gengsi, iri hati, menyombongkan diri, menganggap diri lebih berharga dari orang lain, dsb). Maka dengan pengertian ini, kita tahu mengapa Yesus berkata demikian kepada murid-murid-Nya, termasuk kita:

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:24-26)

Tuhan tidak mengatakan kita akan selalu senang dalam dunia ini jika melakukan kehendak-Nya, namun Ia menegaskan kepada kita bahwa dengan melakukan kehendak-Nya (menyangkal keinginan duniawi kita dan memikul salib kita) kita akan beroleh hidup dalam Dia. Tidak ada yang bisa kita bayar untuk mendapatkan hidup kita kembali. Kekayaan dunia apapun tidak akan bisa mengembalikan hidup kita. Hanya melakukan kehendak Allahlah yang dapat membawa kita kepada kehidupan yang sebenarnya di dalam Kerajaan-Nya.

Yesus berkata bahwa mengasihi Allah berarti juga melaksanakan perintah-perintah-Nya (buka Yohanes 14:15). Semakin kita menaati perintah Allah, semakin kita dapat mengasihi Allah dan menyadari betapa besar kasih-Nya bagi kita. Semakin kita melaksanakan kehendak-Nya, semakin kita mengerti apa yang Ia maksudkan dengan sabda-Nya yang mengatakan bahwa 'rencana-Nya itu sempurna' (buka Mazmur 18:30). Semakin kita mengasihi Allah dan sesama kita, semakin kita menyadari betapa berarti pengorbanan Yesus di kayu salib demi menebus dosa-dosa kita agar kita boleh kembali bersatu dengan Bapa di sorga.

Salah satu peristiwa yang memberi kita gambaran yang sangat jelas mengenai melaksanakan kehendak-Nya adalah ketika Yesus menampakkan diri-Nya untuk ketiga kalinya dihadapan murid-muridnya setelah Ia bangkit dari antara orang mati:

Di pantai berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. (Matius 21:2-13)

Para murid tidak memprotes ataupun berkomentar sama sekali ketika Yesus menyuruh mereka memindahkan jalanya ke sebelah kanan perahu. Mereka tidak berfikir yang macam-macam, seperti 'bagian kiri dan bagian kanan perahu sama saja, tak akan ada pengaruh', atau bertanya 'bagaimana mungkin bisa mendapat ikan hanya dengan memindahkan posisi jala?' Mereka hanya melakukan apa yang Yesus kehendaki, dan disitulah kemuliaan Allah dinyatakan, ketika kita melakukan kehendak-Nya dengan iman, seperti yang dilakukan murid-murid-Nya. Bahkan, jumlah ikan yang mereka dapatkan melebihi yang mereka perlukan hingga mereka kesulitan mengangkat jala tersebut.

Ini mengajarkan kita untuk mempercayakan hidup kita pada Allah sepenuhnya, tanpa komentar, tanpa protes, mengetahui bahwa Ia tahu yang kita perlukan, apa yang terbaik untuk kita anak-anak-Nya, bahkan sebelum kita meminta kepada-Nya (buka Matius 6:8). Bapa adalah Bapa yang sempurna, Bapa yang baik, dan kasih-Nya kekal (tidak terbatas; bawasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya; Mazmur 136). Kita yang berdosa tahu memberikan yang baik kepada anak-anak kita, apalagi Bapa kita di sorga (buka Lukas 11:11-13). Ia tahu apa yang kita butuhkan dan akan memberikan yang terbaik untuk kita.

Yesus sendiri bahkan tidak melakukan kehendak-Nya sendirian di dunia ini, melainkan Ia melakukan atas persetujuan dengan kehendak Bapa di sorga. Segala yang Ia lakukan adalah seturut kehendak Bapa. Ia sebagai manusia pun merasakan lemahnya tubuh atau daging ketika Ia berdoa kepada Bapa di taman Getsemani mengenai apakah semuanya (peristiwa penyaliban-Nya dan segala penderitaan-Nya ketika Ia yang tanpa dosa menjadi dosa karena dosa-dosa manusia; buka 2 Korintus 5:20-21) dapat dibatalkan. Namun Ia tetap setia kepada Bapa dan melakukan apa yang Ia harus lakukan, seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Nya:

Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Kehendak Bapa, seperti yang telah dinubuatkan oleh para nabi dalam perjanjian lama, adalah bahwa Yesus harus wafat dan bangkit agar segala dosa kita boleh dihapuskan, dalam kata lain, Yesus harus harus meminum cawan yang telah diberikan oleh Bapa di sorga. Kita pun harus belajar seperti Yesus, terutama dalam setiap doa kita, untuk meminta agar kehendak Allahlah yang terjadi, bukan kehendak kita sendiri.

Kita tidak perlu khawatir apakah kita pantas melaksanakan kehendak-Nya karena kita berdosa, karena dosa-dosa kita yang lampau, atau hal lain yang membuat kita berfikir kalau kita tidak layak. Yesus telah wafat untuk kita. Ia menyerahkan nyawa-Nya untuk kita agar kita dibebaskan dari dosa dan kita yang melaksanakan kehendak-Nya boleh merasakan kasih-Nya yang selalu mengalir bagi kita dan tidak akan dapat dipisahkan oleh kuasa apapun yang pernah ada (buka Roma 8:37-39). Tidak heran kenapa Tuhan memilih Paulus, yang dulunya walaupun orang yang religius, namun ia adalah penganiaya para pengikut Kristus. Namun, Yesus mengampuni-Nya dan menjadikannya salah satu pewarta Kerajaan-Nya yang banyak membawa perubahan pada dunia, bahkan menuliskan beberapa surat dalam Kitab Suci. 

Maka dengan ini, Tuhan ingin memberi tahu kita bahwa seberapapun dosa kita saat ini, jika kita bertobat dengan tulus hati, menyerahkan hidup kita pada-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya, Allah yang selalu mengasihi kita akan mengampuni dosa kita tanpa keraguan dan menyucikan kita dari segala yang jahat (buka 1 Yohanes 1:9).

Dengan ini, kita tahu mengapa Petrus dalam suratnya yang pertama (seperti yang tertera pada awal artikel ini) mengingatkan kita untuk menggunakan waktu kita yang tersisa untuk melakukan kehendak Allah dan bukan untuk keinginan duniawi. Kita diciptakan Allah untuk sorga, untuk menerima kasih-Nya yang tak berkesudahan. Kasihilah Allah dan sesamamu, berilah kepada mereka yang membutuhkan. Mulailah dengan orang-orang terdekat disekelilingmu, karena itulah alasan akan kehadiran mereka dalam hidupmu. Lakukanlah kehendak Allah, lakukan hal-hal yang menyenangkan Dia yang sangat mengasihi kita hingga menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, dan kita akan melihat kemuliaan-Nya berkarya dalam hidup kita.

Tuhan menyertai kita.

No comments:

Post a Comment