Menjadi Seperti Anak Kecil: Penyerahan Penuh Pada Bapa

Menjadi Seperti Anak Kecil: Penyerahan Penuh Pada Tuhan Religious Tommy Helvin Aldrick Kedatangan Yesus,Yesus,Kasih,kehendak Allah,Mengasihi sesama,Kerajaan Allah,Ajaran Yesus,mengampuni,mengasihi,perintah Allah,
Untuk Loveily.

Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 18:2-3)

Mungkin banyak orang yang bingung apa yang dimaksudkan Yesus tentang menjadi seperti anak kecil ketika Ia merangkul seorang anak dan mengatakan kalimat dalam ayat di atas (buka Markus 9:36-37). Tentang bertobat, mungkin kita lebih mengerti. Bertobat dari segala kesalahan dan dosa-dosa kita, mengakui kesalahan kita dihadapan Allah dan memohon pengampunan dari-Nya (yang akan dengan tulus memberikannya tanpa rasa sungkan sedikitpun; buka 1 Yohanes 1:9). Tetapi apa makna dari perkataan Yesus tentang menjadi seperti anak kecil?

Mungkin ada yang berfikir kita harus menjadi ceria dan girang dimanapun dan kapanpun seperti anak kecil pada umumnya. Atau dalam kata lain, kita tidak seharusnya mempedulikan apa yang orang pikirkan seperti anak kecil yang bebas melakukan apa yang ia inginkan dihadapan orang-orang. Atau seperti anak kecil, kita diharuskan untuk tidak terlalu banyak berbicara di depan orang yang belum kita kenal. Semua ini memang karakteristik anak kecil pada umumnya. Namun, mungkin ada interpretasi lain yang Yesus ingin sampaikan, yang lebih sesuai dengan kehendak-Nya.

Saya ingin mengajak kamu untuk menyadari bahwa kasih orang tua pada anaknya dapat dibilang merupakan salah satu kasih yang paling besar, paling tulus, paling ikhlas (tidak mengharapkan balasan), dan paling indah, dan yang paling kita kenal dalam kehidupan kita di dunia ini, karena tentu kita semua tentu mempunyai orang tua yang melahirkan kita. Maka saya ingin berkata, bersyukurlah jika orang tuamu mengasihimu, karena ada sungguh banyak orang diluar sana yang tidak mendapatkan kasih yang luar biasa indah itu karena berbagai alasan (orang tuanya dulu menjalani kehidupan yang keras sehingga susah mengasihi anaknya; orang tuanya dianiaya secara fisik ataupun batin sehingga hidupnya mengarah ke hal-hal yang mencari kesenangan sementara seperti mabuk-mabukan, seks bebas, pembunuhan, dan dosa-dosa lainnya, sehingga mereka tidak tahu apa arti kasih karena tidak mengalaminya sendiri, sehingga tidak bisa membagikannya pada anaknya). Kamu boleh mencoba untuk bertanya pada orang tua yang mengasihi anaknya bagaimana perasaan mereka ketika anak mereka baru saja lahir. Sembilan dari sepuluh kejadian, mereka akan menangis karena orang yang mereka kasihi secara alamiah (pada dasarnya) telah lahir. Dan bahkan saat anaknya masih didalam kandungan pun orang tuanya telah mengasihinya. Inilah betapa besarnya kasih orang tua terhadap anaknya yang sesungguhnya. Namun seringkali, dosalah yang menghalangi orang tua untuk merasakan dan membagikan kasih yang indah itu, memisahkan mereka dari Allah (buka Yesaya 59:2).

Seperti itulah kasih Bapa pada kita. Namun Bapa adalah yang baik adanya dan baik seutuhnya, tanpa noda dosa, dan yang adalah sumber kasih dan adalah Kasih itu sendiri (buka 1 Yohanes 4:8). Bisa bayangkan betapa lebih besar kasih Bapa pada kita anak-anak-Nya? Kasih-Nya sungguh tak terbatas untuk kita!

Jika kita simak ajaran-ajaran Yesus, kebanyakan Yesus mengajarkan kita menggunakan perumpamaan karena salah satu alasannya adalah bagaimana kita dapat mengerti akan hal-hal yang tidak pernah kita alami atau saksikan sebelumnya? Bagaimana kita dapat mengerti jika Yesus mengatakan semua ajaran-ajaran dan kebenaran-Nya secara terang-terangan? Sama seperti halnya saat kita berbicara tentang perasaan saat menyaksikan matahari terbenam di tepi pantai. Bagaimana kita dapat mengerti indahnya perasaan tersebut jika kita tidak pernah menyaksikannya? Kita harus menjelaskan pada orang yang belum pernah menyaksikannya, "Oh, itu seperti ketika engkau sedang melihat wanita yang sangat engkau idamkan dan engkau menghela nafas panjang sambil tersenyum karena ia begitu cantik dan manis." Begitu pula halnya dengan ajaran-ajaran Yesus yang belum pernah kita saksikan, seperti tentang Kerajaan Allah, dsb.

Yesus mengajarkan kita untuk menyebut Allah sebagai Bapa (seperti yang Ia sendiri lakukan saat Ia melayani sebagai manusia di bumi) adalah karena kasih Bapa sungguh menyerupai kasih seorang ayah pada anaknya. Itulah alasan mengapa kita memanggil-Nya Bapa, dan kita dipanggil sebagai anak-anak-Nya. Dengan mengumpamakannya sebagai kasih orang tua pada anaknya, kita bisa membayangkan dan merasakan dengan hidup betapa besar kasih Allah Bapa pada kita, walaupun di dunia ini dosa masih memisahkan kita untuk menerima kasih-Nya secara utuh.

Dan seperti seorang ayah di dunia ini yang tahu akan apa yang anak-anaknya butuhkan (makanan, pakaian, ataupun mainan) dan apa yang baik dan yang buruk untuk mereka (contohnya seperti pisau, bagi anak-anak yang masih belum mengerti bahwa benda tersebut dapat melukai mereka), demikian pula Bapa mengetahui apa yang baik untuk kita dan akan selalu memberikan yang terbaik itu untuk kita anak-anak-Nya (dijelaskan oleh Yesus saat Ia berkhotbah di bukit, tentang Hal Kekuatiran; injil Matius 6:25-34). Bahkan kita yang berdosa tahu memberikan yang baik untuk anak-anak kita, apalagi Bapa disorga yang tanpa dosa dan yang adalah sumber kasih? Ia tentu memberikan yang terbaik untuk kita semua. Yesus menjelaskannya demikian:

"Bapa manakan diantara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Lukas 11:11-13)

Dan seperti seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa sejak mereka baru lahir dan mempercayakan semuanya pada orang tuanya (apa yang harus mereka makan, minum, pakaian apa yang harus mereka pakai, apa mereka boleh bermain dengan api), demikian juga Yesus ingin kita menyerahkan segalanya seluruhnya kepada-Nya. Baik saat kita senang maupun saat mengalami pergumulan, seperti seorang anak kecil yang percaya pada orang tuanyalah Yesus ingin kita mempercayakan semuanya kepada-Nya. Saat kita dihina, saat kita terjatuh, saat kita mengalami musibah, Yesus ingin kita mempercayakan segala yang akan terjadi hanya kepada-Nya karena Ia tahu apa yang kita butuhkan, dan Ia selalu memberikan yang terbaik untuk kita, sebab rencana-Nya sempurna (Mazmur 18:30).

Dan seorang anak kecil harus melakukan apa yang orang tuanya perintahkan agar ia tidak masuk kedalam bahaya atau mengalami sesuatu yang merugikan dirinya. Mereka tidak protes, tidak berkomentar banyak, mungkin terkadang mereka akan bertanya apa alasannya, namun mereka tetap melakukan apa yang diperintahkan. Jika mereka tidak menuruti nasihat orang tua mereka, maka mereka dapat terluka oleh pisau atau terbakar oleh api. Kita pun demikian terhadap Bapa di sorga. Allah ingin kita menjalankan perintah-perintah-Nya dan melakukan kehendak-Nya untuk kebaikan kita karena Ia ingin kita mengalami rencana-Nya yang sempurna, dan ingin menjauhkan kita dari segala yang membahayakan kita. Namun jika kita tidak mendengarkan dan melaksanakannya, kita akan terluka secara rohani seperti seorang anak kecil terluka secara fisik ataupun mental. Yesus bersabda:

"Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya." (Matius 6:8)

Terkadang jika kita dihadapkan dengan situasi yang sulit (direndahkan, diremehkan, difitnah, diolok, dan penganiayaan lainnya), kita bertanya-tanya pada Tuhan, "Mengapa segalanya harus seperti ini? Mengapa aku harus diperlakukan seperti ini? Kapan semua ini akan berlalu? Bagaimana aku bisa melewati semua ini?" Bahkan yang lebih parah lagi, kita marah pada Tuhan. Dan kemudian yang sering terjadi, kita berbalik dari Tuhan karena merasa bahwa Ia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan kita dan berhenti berdoa, berhenti ke gereja, kemudian beralih ke kehidupan duniawi yang penuh dosa (klub, narkoba, rokok, dsb) hanya untuk mencari kepuasan untuk sementara, namun semuanya tidak bertahan lama.

Seorang anak kecil yang terluka oleh pisau mungkin menangis dan mengatakan bahwa itu sakit. Namun ia tidak banyak berkomentar dan bertanya-tanya, seperti yang kita lakukan pada Allah. Ia hanya diam, membiarkan ayahnya membersihkan dan mengobati lukanya ketika ia masih menangis kesakitan, sambil mendengarkan ayahnya mengatakan, "Semuanya akan baik-baik saja nak, kamu akan sembuh." Namun ayah akan juga memberi perintah untuk jangan menyentuh lukanya atau jangan bermain pisau dahulu, mengingat umurnya yang masih belum mapan. Jika anak itu bermain pisau lagi, maka kemungkinan ia akan terluka lagi. Jika anak itu bertanya mengapa ia dapat terluka, mungkin ia tidak akan mengerti atau percaya apabila ayahnya menjelaskannya kepadanya, dan akan tetap bermain pisau.


Seperti itulah kira-kira bagaimana kita dapat menyerahkan sepenuhnya segala kondisi dalam kehidupan kita yang sulit kepada Allah Bapa yang senantiasa bersedia membersihkan dan memulihkan luka kita. Seperti anak kecil itu pula, mungkin jika Allah menjelaskan kepada kita mengapa semuanya terjadi, mungkin kita tidak akan mengerti. Namun seiring waktu, semakin kita dewasa dalam bimbingan Allah, semakin kita bisa melihat gambaran besarnya (the big picture) dari rencana Allah yang sempurna untuk kita. Buanglah segala keinginan untuk memprotes, helalah nafas, tersenyumlah dan katakan pada Bapa, "Aku tahu ini sulit, tapi aku tahu Engkau tahu semua yang sedang terjadi dan aku tahu kebenarannya, bahwa rencana-Mu sempurna, bahwa Engkau tahu dan selalu memberikan apa yang ku perlu. Dan aku tidak akan banyak bertanya dan akan membiarkan Engkau memulihkan lukaku, sambil aku melaksanakan apa yang Engkau kehendaki."


Pernah mendengar orang tua yang sambil menangis haru dan memeluk anaknya, mengatakan kepada anaknya, "Kamu adalah milikku, kamu adalah milikku, dan aku sangat mengasihimu," saat anaknya baru lahir? Bapa pun mengatakan demikian kepada kita dalam hangat pelukan-Nya. Kita adalah milik Allah. Kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah (buka Roma 11:36).

Mungkin terkadang sulit bagi kita dalam berbagai situasi hidup untuk melaksanakan ini. Terkadang kita diolok, dihina, dianiaya, walaupun kita sudah melakukan yang baik dan mencoba semampu kita, dan kita tidak tahan dengan segala sakit yang kita rasakan. Namun jangan lupa bahwa Allah selalu ada untuk kita dan mengasihi kita (buka Matius 28:20). Ia selalu memperhatikan kita dan Ia tahu apa yang sedang terjadi, dan yang Ia inginkan adalah kita memutarkan badan kita dan menghadap pada-Nya, memeluk-Nya (yang selalu merentangkan tangan-Nya untuk kita dan menunggu kita meraih-Nya) dan mempercayakan segalanya pada-Nya karena kita tahu bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja, segala sesuatu ada dalam kendali-Nya. Maafkanlah dia yang menganiaya kamu, seperti apa yang Yesus perintahkan, dan segala yang lain serahkan pada Yesus, dan kamu akan merasakan rencana-Nya yang indah bagimu.

Dengan ini, kita mengerti betapa luas, betapa besar, betapa indah, dan betapa mulianya kasih Allah pada kita, layaknya orang tua yang sungguh-sungguh mengasihi anak-anaknya. Bagi kita yang melaksanakan apa yang Ia perintahkan, segala rencana-Nya yang indah akan terjadi dalam hidup kita dan kita boleh melihat kemuliaan-Nya dinyatakan. Sebenarnya masih banyak karakteristik anak kecil yang dapat kita terapkan dalam kehidupan spiritual kita (seperti anak kecil yang biasanya tidak mau mendengarkan perkataan orang asing dan ketika bertemu orang asing, dan karena takut mereka kembali berlari kepada orang tuanya dan memeluknya, kita juga bisa berpaling kepada Allah dan memeluk-Nya ketika mendengarkan bisikan-bisikan dan kebohongan iblis dan roh-roh jahat; ketulusan dan kemurnian seorang anak; dan masih banyak contoh lainnya), namun saya percaya dengan menerapkan apa yang kamu baca saat ini, kamu akan dapat mengerti betapa besar kasih-Nya dan kamu akan dituntun oleh Allah untuk semakin berserah pada-Nya yang memilih dan mengasihi kita bahkan sebelum dunia ada (buka Efesus 1:4), layaknya orang tua yang mengasihi anaknya bahkan saat masih dalam rahim ibunya. Dalam bahasa moderen, we learn by doing, dalam arti kita belajar dengan cara melakukannya.


Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (Matius 18:2-4)

Allah mengasihi kita semua, anak-anak-Nya.

1 comment:

  1. Halo GBKP Online, mohon maaf saya baru dalam hal blogging. Boleh tau apa yang dimaksud dengan tukar link? Terima kasih sebelumnya :) Tuhan Yesus memberkati.

    ReplyDelete